A. Pengertian Kesehatan Mental
Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“kejiwaan”. Kesehatan mental adalah terhibdarnya seseorang dari keluhan atau
gangguan mental baik berupa neurosis ataupun psikosis; penyesuaian diri
terhadap lingkungan sosial (Mujib, 2003: 139).
Kesehatan mental (Mental
Hygiene) sebagai sebuah disiplin ilmu di bidang psikologi, ialah ilmu yang
mempelajari masalah kesehatan mental dan bertujuan untuk mencegah serta mengobati
(menyembuhkan) individu dari gangguan kejiwaan (Kartono dkk, 1989: 3).
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh stressor (penyebab terjadinya stres).
Latipun (2005: 43), mengatakan bahwa terdapat banyak cara dalam
mendefenisikan kesehatan mental (mental
hygene), yaitu: karena tidak mengalami gangguan mental; tidak jatuh sakit
akibat stressor; sesuai dengan
kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya; serta tumbuh dan berkembang
secara positif.
Terdapat beberapa lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap
kesehatan mental:
1. Stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial
dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang, misalnya kaum minoritas memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami gangguan mental;
2. Interaksi sosial.
Terdapat dua
pandangan hubungan interaksi sosial dengan gangguan mental, yaitu: (1) teori
psikodinamika mengemukakan bahwa orang yang mengalami gangguan emosional dapat
berakibat kepada pengurangan interaksi sosial; (2) rendahnya interaksi sosial
dapat menimbulkan adanya gangguan mental
3. Keluarga
Keluarga yang lengkap dan
fungsional serta mampu membentuk homeostatis akan dapat meningkatkan kesehatan
mental para anggota keluarganya, dan kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan
para anggota keluarganya dari gangguan-gangguan mental dan ketidakstabilan
emosional para anggotanya.
B. Hubungan Kesehatan Mental dan Spiritualitas
Dunia modern dengan mobilitas yang cukup
tinggi telah mengukir kisah sukses secara materi. Namun, tampaknya kemakmuran
secara materi itu tidak cukup membuat makmur kehidupan secara spiritual. Modernisme
gagal karena ia telah mengabaikan nilai-nilai spiritual sebagai pondasi
kehidupan.
Islam lebih awal memulai dengan
penawaran ajarannya yang dapat menentramkan kehidupan rohani manusia. Maka dari
itu keagamaan dapat membantu mengatasi persoalan gangguan jiwa secara
signifikan, mengingat bahwa persoalan tidak hanya bersifat psikologis saja
tetapi juga spiritual.
Selain kehidupan materialistis masih ada
kehidupan spiritual yaitu kehidupan kerohanian. Kebutuhan manusia selain
kebutuhan biologis, sosial juga mempunyai kebutuhan spiritual/kerohanian, yaitu
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sang Maha Ada, Sang Maha Kuasa.
Dengan menyerahkan diri kepadanya-Nya
dengan kepercayaan bersujud dengan caranya sendiri-sendiri dengan kepercayaan
(agama) masing-masing niscaya akan mendapat ketentraman. Segala derita atau
kesusahan disertakan kepada-Nya. Bagi yang baru menderita dapat rela menerima
kenyataan sebagaimana takdir-Nya dapat memperoleh keseimbangan mental.
Kehidupan spiritual sangat penting
kaitannya dengan kesehatan mental. Karena spiritual menghindarkan seseorang
dari stressor dan membuat pikiran
seseorang yang mengalami stres masih dapat berpikir rasional dan mengingat
Tuhan.
Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya
dengan hubungan antara keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap
penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang maha tinggi sehingga
akan dapat memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental seseorang.
Sumber:
Rochman, Kholil Lur. (2010). Kesehatan mental. Purwokerto: STAIN
Arifin
S. B. (2008). Psikologi agama. Bandung: Pustaka Setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar