Selasa, 28 April 2015

Hubungan Kesehatan Mental dengan Spiritualitas


A.  Pengertian Kesehatan Mental
Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti “kejiwaan”. Kesehatan mental adalah terhibdarnya seseorang dari keluhan atau gangguan mental baik berupa neurosis ataupun psikosis; penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial (Mujib, 2003: 139).
Kesehatan mental (Mental Hygiene) sebagai sebuah disiplin ilmu di bidang psikologi, ialah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental dan bertujuan untuk mencegah serta mengobati (menyembuhkan) individu dari gangguan kejiwaan (Kartono dkk, 1989: 3).
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh stressor (penyebab terjadinya stres).
Latipun (2005: 43), mengatakan bahwa terdapat banyak cara dalam mendefenisikan kesehatan mental (mental hygene), yaitu: karena tidak mengalami gangguan mental; tidak jatuh sakit akibat stressor; sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungannya; serta tumbuh dan berkembang secara positif.
Terdapat beberapa lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap kesehatan mental:
1.  Stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang, misalnya kaum minoritas memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami gangguan mental;
2.  Interaksi sosial.
Terdapat dua pandangan hubungan interaksi sosial dengan gangguan mental, yaitu: (1) teori psikodinamika mengemukakan bahwa orang yang mengalami gangguan emosional dapat berakibat kepada pengurangan interaksi sosial; (2) rendahnya interaksi sosial dapat menimbulkan adanya gangguan mental
3.  Keluarga
Keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu membentuk homeostatis akan dapat meningkatkan kesehatan mental para anggota keluarganya, dan kemungkinan dapat meningkatkan ketahanan para anggota keluarganya dari gangguan-gangguan mental dan ketidakstabilan emosional para anggotanya.


B.  Hubungan Kesehatan Mental dan Spiritualitas
Dunia modern dengan mobilitas yang cukup tinggi telah mengukir kisah sukses secara materi. Namun, tampaknya kemakmuran secara materi itu tidak cukup membuat makmur kehidupan secara spiritual. Modernisme gagal karena ia telah mengabaikan nilai-nilai spiritual sebagai pondasi kehidupan.
Islam lebih awal memulai dengan penawaran ajarannya yang dapat menentramkan kehidupan rohani manusia. Maka dari itu keagamaan dapat membantu mengatasi persoalan gangguan jiwa secara signifikan, mengingat bahwa persoalan tidak hanya bersifat psikologis saja tetapi juga spiritual.
Selain kehidupan materialistis masih ada kehidupan spiritual yaitu kehidupan kerohanian. Kebutuhan manusia selain kebutuhan biologis, sosial juga mempunyai kebutuhan spiritual/kerohanian, yaitu kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sang Maha Ada, Sang Maha Kuasa.
Dengan menyerahkan diri kepadanya-Nya dengan kepercayaan bersujud dengan caranya sendiri-sendiri dengan kepercayaan (agama) masing-masing niscaya akan mendapat ketentraman. Segala derita atau kesusahan disertakan kepada-Nya. Bagi yang baru menderita dapat rela menerima kenyataan sebagaimana takdir-Nya dapat memperoleh keseimbangan mental.
Kehidupan spiritual sangat penting kaitannya dengan kesehatan mental. Karena spiritual menghindarkan seseorang dari stressor dan membuat pikiran seseorang yang mengalami stres masih dapat berpikir rasional dan mengingat Tuhan.
Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan yang maha tinggi sehingga akan dapat memunculkan perasaan positif pada kesehatan mental seseorang.



Sumber:
Rochman, Kholil Lur. (2010). Kesehatan mental. Purwokerto: STAIN

Arifin S. B. (2008). Psikologi agama. Bandung: Pustaka Setia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar