Minggu, 13 November 2016

Tahap Analisis dan Tahap Perancangan Untuk Pengembangan Sistem Informasi Psikologi

ANALISIS PAPER

Di susun oleh:
Al Arthur Tito K. V.       (10513564)
Iryani Agusmaulani        (14513539)
4PA10

A.    Tahap Analisis Teknik
1.      Identifikasi masalah
Anak yang tergolong anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai berumur 6 tahun. Kita sudah bisa mengenali karakteristik, psikis, sosial dan moral seseorang sejak dia masih dalam masa kanak-kanak. Maka dari itulah masa usia dini disebut dengan masa emas (golden age) karena pada masa ini anak mengalami perkembangan yang kritis dan rentan. Masa usia emas (golden age) pada perkembangan anak terjadi pada masa usia prasekolah dimana 80% perkembangan kognitif telah dicapai pada masa ini. Pada usia 4 tahun, kecerdasan anak mencapai 50 persen sedangkan pada usia 8 tahun kapasitas kecerdasan anak yang sudah terbangun dapat mencapai 80 persen. Kecerdasan seorang anak dapat dilihat dengan salah satunya yaitu memperhatikan tingkat Intelligence Quotient-nya (IQ). IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. IQ dapat diukur dengan mengggunakan alat tes intelegensia standar yang mencakup kemampuan verbal dan noverbal, termasuk memori, bahasa, problem solving, pemahaman konsep, persepsi, pengolahan infomasi, kemampuan berhitung dan kemampuan abstraksi. Tes IQ untuk anak usia dini umumnya berupa puzzle atau permainan balok-balok dan juga mengenal benda (gambar benda). Dewasa ini, tes IQ masih dilakukan secara manual dengan membacakan semua soal kepada peserta tes. Selain itu, hasil dari tes tersebut baru diketahui oleh peserta tes setelah beberapa hari karena harus jawaban dari peserta tes diperiksa secara manual. Dengan adanya bantuan komputer, tes IQ diharapkan dapat dilakukan tanpa membacakan soal kepada peserta tes dan hasil dari tes tersebut dapat dilihat oleh peserta tes tanpa membutuhkan waktu yang lama.


2.      Analisis masalah
Tes IQ pada anak usia dini sudah seringkali dilakukan. Namun, tes IQ tersebut masih dilakukan secara manual dengan membacakan semua soal kepada peserta tes. Selain itu, hasil dari tes tersebut baru akan diketahui oleh peserta tes setelah beberapa hari karena harus diperiksa secara manual. Tentunya hal tersebut tidak efisien dari segi waktu pengerjaan tes. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti yang merupakan mahasiswa Fakultas Pendidikan Teknik Informatika dari Universitas Pendidikan Ganesha  mempunyai usulan solusi untuk mengembangkan perangkat lunak yaitu aplikasi tes IQ pada anak usia dini berbasis web. Usulan solusi dalam aplikasi tes IQ pada anak usia dini berbasis web ini diterapkan untuk memudahkan psikolog dalam memberikan tes IQ serta memudahkan pengguna dalam menjawab soal yang akan memperoleh hasil dihari itu juga. Dengan web ini diharapkan dapat membantu dalam pengerjaan tes IQ pada anak usia dini bagi yang memerlukan. Oleh karena itu, akan dilakukan pengembangan Aplikasi Tes IQ pada anak usia dini mengunakan proses SDLC (System Development Life Cycle) dengan model waterfall yaitu model yang bersifat sistematis dan berurutan dalam membangun perangkat lunak, mulai dari tahap analisis, desain, implementasi, testing, operation, dan maintenance. Tahap pertama yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan didefinisikan yang merupakan bagian dari requirements analysis and definition (analisis kebutuhan dan definisi) pada model tersebut. Pada tahap ini, penulis melakukan referensi mengenai teori-teori yang diperlukan dan bagaimana menerapkannya dalam Aplikasi yang berbasis Web. Tes IQ yang akan diaplikasikan ke basis Web ini sendiri adalah The Coloured Progressive Matrices (CPM) Test yang dikembangkan oleh J. C. Raven. Tes ini dirancang untuk digunakan bagi anak-anak serta untuk keperluan-keperluan klinis. Materi tes metode CPM terdiri dari 36 item/gambar. Aitem ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok atau 3 set yaitu set A, set AB dan set B dengan tingkat kesulitan soal yang berurutan.
3.      Analisis kebutuhan : data, fungsional dan non fungsional
Dalam pengembangan aplikasi ini, peneliti menggunakan DFD (Data Flow Diagram). Data Flow Diagram adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambarkan dari mana asal data kemana tujuan data yang keluar dari sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut, bagaimana interaksi antara data yang tersimpan, serta proses apa yang dikenakan pada data tersebut.

B.     Tahap Perancangan
Tahap perancangan adalah kelanjutan proses analisis kebutuhan sistem, pada tahap ini rencana lebih detail untuk pengimplementasian dipersiapkan sehingga sistem yang dihasilkan akan berjalan baik sesuai yang diharapkan.
Pada jurnal ini menggunakan perancangan arsitektur perangkat lunak dan perancangan struktur menu perangkat lunak.
1.      Perancangan Arsitektur Perangkat Lunak
Perancangan ini menggambarkan bagian-bagian modul, struktur ketergantungan antar mdoul, dan hubungan antar modul dari perangkat lunak yang dibangun. Berikut rancangan arsitektur perangkat lunak yang dibangun:



2.      Perancangan Struktur Tabel dan Menu Perangkat Lunak
Struktur tabel adalah sebuah katalog dari elemen-elemen data dalam sebuah sistem. Perancangan struktur tabel dimaksudkan untuk mempermudah dalam mengetahui apa saja yang terkandung dalam tiap-tiap elemen data. Tabel yang digunakan dalam pembuatan sistem ini terdiri dari tabel soal, tabel jawaban peserta, dan tabel penilaian. Selain itu terdapat pula perancangan menu yaitu perancangan antar muka pilihan perintah pada program aplikasi untuk mengoperasikan dan memudahkan pemakai dalam menjalankan program. Pada perancangan menu akan terbagi menjadi tiga menu, yaitu menu untuk peserta, menu untuk instansi, dan menu untuk psikolog.
Kedua perancangan ini merupakan tahap pendefinisian dari keutuhan-keutuhan fungsional dalam suatu tahap pengembangan sistem. Kebutuhan-kebutuhan fungsional yang dimaksud adalah isi file atau struktur dari tiap-tiap file yang diidentifikasi.

3.      Perancangan Interface
Perancangan ini digunakan untuk media komunikasi antara user dan program, serta merupakan tahap akhir dari perancangan sistem, yaitu merancang form dan menu yang ada pada program serta menghubungkan ke tabel database sehingga program  data berjalan dengan baik. Pada aplikasi ini interface akan terbagi menjadi berupa tampilan input dan tampilan output.


DAFTAR PUSTAKA


Fitrianingsih, N. K., Darmawiguna, I. G. M., & Santyadiputra, G. S. (2015). Pengembangan Aplikasi Tes IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) Pada Anak Usia Dini Berbasis Web. Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI). Volume 4 (4).

Sabtu, 12 November 2016

ANALISIS JURNAL SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

ANALISIS PAPER
Pengembangan Aplikasi Tes IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) Pada Anak Usia Dini Berbasis Web

Di susun oleh:
Al Arthur Tito K. V.       (10513564)

Iryani Agusmaulani        (14513539)

A.    Rangkuman Paper
Jurnal yang berjudul “Pengembangan Aplikasi Tes IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) Pada Anak Usia Dini Berbasis Web” ini berisi mengenai penelitian yang dilakukan oleh tiga mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Bali, yang bernama Ni Komang Fitrianingsih, I Gede Mahendra Darmawiguna, dan Gede Saindra Santyadiputra. Penelitian yang dilakukan oleh ketiga mahasiswa tersebut berupa pengembangan dari aplikasi tes IQ pada anak usia dini yang berbasis website sehingga tes tersebut tidak lagi diadakan secara manual. Tes IQ pada anak umumnya berupa puzle atau permainan balok- balok dan juga mengenal benda (gambar benda). Tes IQ masih dilakukan secara manual dengan membacakan semua soal kepada peserta tes. Selain itu, hasil dari tes tersebut baru diketahui oleh peserta tes setelah beberapa hari karena harus diperiksa secara manual.
Melihat kondisi seperti itu maka, peneliti dalam jurnal ini mengembangakan sebuah aplikasi tes IQ pada anak usia dini berbasis web. Sehingga tes IQ untuk anak usia dini tidak lagi dilakukan secara manual. Dengan adanya bantuan komputer, tes IQ dapat dilakukan tanpa membacakan soal kepada peserta tes dan hasil dari tes tersebut dapat dilihat oleh peserta tes.
Tes IQ yang digunakan ialah tes CPM atau Colour Progressive Matrics. Tes ini dikembangkan oleh J. C. Raven dan dirancang untuk digunakan bagi anak-anak serta untuk keperluan-keperluan klinis. Materi tes metode CPM terdiri dari 36 item/gambar. Item ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok atau 3 set yaitu set A, set AB dan set B dengan tingkat kesulitan soal yang berurutan.
Penelitian tersebut bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan aplikasi tes IQ berbasis web, serta mengetahui respon anak usia dini terhadap aplikasi tersebut. Pengembangan aplikasi tes IQ (Intelligence Quotient) pada anak usia dini berbasis Web ini mengunakan proses SDLC (System Development Life Cycle) dengan model waterfall yaitu model yang bersifat sistematis dan berurutan dalam membangun perangkat lunak, mulai dari tahap analisis, desain, implementasi, testing, operation, dan maintenance. Selain itu juga menggunakan siklus hidup pengembangan perangkat lunak dalam bentuk sekuensial linier atau model air terjun. Fitur utama dari aplikasi ini adalah beberapa gambar puzzel berdasarkan aspek yang diterapkan dalam ilmu psikologi.
Berdasarkan analisis terhadap aplikasi ini, terdapat proses-proses yang akan diimplementasikan, yaitu:
1. Aplikasi dapat melakukan validasi login administrator.
2. Aplikasi dapat melakukan validasi pendaftaran peserta tes.
3. Aplikasi dapat melakukan pengelolaan data peserta.
4. Aplikasi dapat melakukan pengelolaan data soal.
5. Aplikasi dapat melakukan pengelolaan detail tes.
6. Aplikasi dapat melakukan pengelolaan tes online.
7. Aplikasi dapat memperlihatkan hasil tes IQ online.
Selain itu juga dijelaskan tujuan pengembangan dari aplikasi ini diantaranya, yaitu:
1. Sistem mampu melakukan validasi login administrator.
2. Sistem mampu melakukan validasi pendaftaran peserta tes.
3. Sistem mampu melakukan pengelolaan data peserta.
4. Sistem mampu melakukan pengelolaan data soal.
5. Sistem mampu melakukan pengelolaan detail tes.
6. Sistem mampu melakukan pengelolaan tes online.
7. Sistem mampu memperlihatkan hasil tes IQ online.
Adapun tujuan lain dalam jurnal ini, yaitu: (1) merancang dan mengimplementasikan aplikasi tes IQ (Intelligence Quotient) pada anak usia dini berbasis web. (2) mengetahui respon anak usia dini terhadap aplikasi tes IQ pada anak usia dini berbasis Web.
Hasil dari penelitian ini yaitu rancangan dan implementasi aplikasi Tes IQ (Intelligence Quotient) Pada Anak Usia Dini Berbasis Web telah berhasil dilakukan. Perancangan dilakukan dengan menggunakan model fungsional berupa DFD (Data Flow Diagram), yang diimplementasikan dalam bahasa pemrograman PHP. Seluruh kebutuhan fungsional telah berhasil diimplementasikan sesuai dengan rancangan.
Peneliti jurnal ini juga melakukan pengujian aplikasi yang dilakukan sesuai dengan tata rancang dan teknik pengujian perangkat lunak dengan menggunakan angket yang telah dirancang. Pengujian dilaksanakan pada Sabtu, 20 Juni 2015 dengan penguji yaitu anak PAUD TK Negeri Pembina Singaraja yang berjumlah 20 orang dan seorang psikolog selaku pengguna administrator. Pengujian tes ini dilakukan dengan tujuan yaitu:
  1. Menguji kebenaran alur web Tes IQ pada anak usia dini berdasarkan rancangan antarmuka.
  2. Mengetahui kebenaran semua tombol navigasi dan penggunaan kursor yang terdapat pada web Tes IQ pada anak usia dini.
  3. Mengetahui respon anak terhadap web Tes IQ pada anak usia dini.
Dari pengujian didapat hasil 75% menyatakan sesuai dan 25% menyatakan tidak sesuai. Hal tersebut menandakan bahwa hasil pengujian mendapatkan hasil positif dan layak dipergunakan. Dengan hasil persentase dari responden sebesar 90,4% menandakan bahwa aplikasi tes IQ ini sudah mampu dikatakan sangat baik dan dapat membantu pengguna atau user.
Berdasarkan hasil pengujian dari aplikasi ini.disimpulkan bahwa aplikasi tes IQ pada anak usia dini dapat berjalan dengan baik dan aplikasi ini membantu melakukan tes IQ secara digital yaitu melalui website serta respon dari pengguna sangat terbantu dengan adanya tes IQ berbasis web ini.

B.     Kelebihan Paper
Berdasarkan hasil dari analisis jurnal, terdapat beberapa kelebihan dari jurnal ini, antara lain :
1.      Metodologi yang digunakan dijelaskan secara rinci dengan dilengkapi ilustrasi sehingga lebih mudah dipahami.
2.      Menyajikan saran untuk peneliti yang akan mengembangkan aplikasi terkait selanjutnya.
3.      Interface yang disajikan di dalam jurnal cukup menarik.
4.      Adanya penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan dari aplikasi tes ini

C.    Kekurangan Paper
Berdasarkan hasil dari analisis jurnal, terdapat pula beberapa kekurangan dari jurnal ini, yaitu :
1.      Kajian teori yang digunakan belum cukup kuat dan terbatas.
2.      Tujuan penelitian tidak diungkapkan secara rinci.
3.      Tes IQ yang diaplikasikan kurang bervariasi.
4.      Pelaksanaan penelitian tidak dijelaskan secara rinci.

5.      Kesimpulan yang dituliskan hanya sebatas keberhasilan aplikasi

Daftar Pustaka:
Fitrianingsih, N. K., Darmawiguna, I. G. M., & Santyadiputra, G. S. (2015). Pengembangan Aplikasi Tes IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) Pada Anak Usia Dini Berbasis Web. Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI). Volume 4 (4).

Analisis Tes IQ Manual dan Tes IQ Berbasis Komputer

Tes CPM (Colour Progressive Matrics)

          Tes CPM merupakan salah satu tes intelegensi yang merupakan bagian dari tes progressive matrics. Tes ini dikembangkan oleh J. C. Raven dan ditujukan untuk anak usia 5-11 tahun, orang lanjut usia, serta individu yang memiliki keterbelakangan mental. Tes ini terdiri dari 36 butir soal dalam seri: A, AB, dan B. Terdapat beberapa aspek yang diukur dalam tes ini, yaitu:
  1. Berpikir logis.
  2. Kecakapan pengamatan ruang.
  3. Kemampuan memahami hubungan antara keseluruhan dan bagian (kemampuan analisan dan kemampuan integrasi).
  4. Kemampuan berpikir logis.
Pada paper ini akan dibahas mengenai Analisa tentang tes CPM manual dan tes CPM berbasis online.

1.      Tes IQ CPM Manual

Di atas merupakan contoh gambar dari tes CPM manual yang terdiri dari seri A, AB, dan B. Pada tes CPM manual ini terdapat sebuah buku yang berisikan 36 soal dan lembar jawaban terpisah. Kedua hal ini diberikan pada individu yang melakukan tes tersebut. Berikut contoh lebar kerja tes CPM:

Ada hal yang menjadi kelebihan dan kekurangan dalam tes CPM manual ini, diantaranya yaitu:
a.       Kelebihan Tes CPM Manual
Kelebihan dari tes ini, sebagai berikut:
1)      Pada saat pengerjaan tes secara manual, pemberi tes dapat memantau pengerjaan peserta.
2)      Tes IQ manual tidak diberitahukan mengenai waktu pengerjaan kepada peserta.
3)      Bagi para individu lanjut usia dan individu dengan masalah keterbelakangan mental, tes secara manual tidak begitu sulit.

b.      Kekurangan Tes CPM Manual
1)      Pada tes manual ini cukup banyak memakan waktu, karena pembacaan instruksi pengerjaan yang cukup lama.
2)      Hasil tes diberitahukan setelah beberapa hari dari waktu pelaksaan tes.
3)      Lembar jawaban yang terpisah membuat peserta kesulitan.
4)      Tes ini hanya dapat diberikan oleh para ahli yang berhak.
5)      Tes ini hanya dilakukan dalam kurun waktu yang ditentukan dengan hitungan semua soal.

2.      Tes IQ CPM Online
Di bawah ini terdapat contoh gambar dari aplikasi tes CPM:



Data soal


Daftar peserta

Soal pengerjaan


Hasil tes 
Selain pada tes manual, tes online juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penjabaran sebagai berikut:
a.       Kelebihan tes CPM online, yaitu:
1)      Hasil tes yang langsung diberitahukan pada sesaat setelah pengerjaan soal selesai dilakukan.
2)      Jika pada tes online adanya tampilan background yang menarik bagi anak-anak.
3)      Sudah terteranya instruksi pengerjaan dapat meminimalisir waktu.
b.      Kekurangan tes CPM online, yaitu:
1)      Aplikasi tes ini tidak dapat di back atau kembali pada soal sebelumnya apabila ada soal yang ingin diubah jawabannya.
2)      Aplikasi tes ini hanya dilakukan dalam kurun waktu yang ditentukan dengan hitungan semua soal.
3)      Untuk menjawab soal peserta harus mengklik tombol mulai.
4)      Adanya batasan spesifikasi perangkat tertentu yang dapat mengakses aplikasi tes IQ.
5)      Terteranya waktu pengerjaan dalam aplikasi tersebut.

6)      Umumnya aplikasi tes ini hanya ditujukan untuk anak-anak.

Senin, 27 Juni 2016

Terapi Behavioristik


Dasar dari terapi behavioristik ialah untuk melakukan perubahan perilaku. Terapi behavior menekankan pada perilaku yang tampak, spesifik, dan diamati. Terapi ini bertujuan untuk mengubah perilaku maladaptif ke perilaku yang adaptif dengan pengahpusan perilaku maladaptive, memperkuat dan mempertahankan perilaku yang ingin diubah. Peran terapis pada terapi ini adalah agen yang melakukan kontrol dan aktif.

A.  Teknik-teknik Terapi Behavioristik
Terdapat beberapa teknik dalam terapi behavior, yaitu:
1.     Disentisasi Sistematis
Teknik terapi ini dikembangkan oleh Joseph Wolpe. Digunakan pada orang-orang yang memiliki kecemasan, phobia, dan penghindaran diri. Prosedur dalam teknik terapi ini:
a.   Klien diminta untuk membuat hirarki ketakutan atau kecemasan (dari taraf rendah hingga tinggi)
b.    Masalah dijelaskan oleh klien
c.  Klien mempelajari dan melakukan teknik relaksasi, maka dilakukan pula hirarki kecemasan.
2.    Exposure Therapy
Teknik ini menghilangkan atau mengurangi perilaku menyimpang yang berkaitan dengan kecemasan. Prosedur pada teknik ini ialah klien langsung dihadapkan pada stimulus atau situasi yang membuatnya menjauh atau takut. Terapi ini dapat dilakukan dalam kehidupan nyata (in vivo) atau dibayangkan (in imagino).
3.    Assertiveness Training
Teknik ini dilakukan pada individu yang mengalami kesulitan menerima kenyataan bahwa menegaskan diri adalah tindakan yang benar. Latihan atau teknik ini dapat membantu orangorang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan atau kemarahan karena tersinggung dan memiliki kesulitan dalam mengatakan tidak.
4.    Manajemen Kontingensi
Teknik ini menggunakan teori pengkondisian operan Skinner. Manajemen kontingensi menggunakan kontrak tertulis formal antara klien dan terapis yang mencantumkan sasaran perubahan perilaku, bala bantuan, penghargaan yang diberikan, dan hukuman bila gagal memenuhi tuntutan perjanjian.
5.    Token Ekonomi
Strategi pembentukan perilaku ini bergantung pada penguatan untuk memodifikasi perilaku. Klien dipebolehkan untuk mendapatkan token yang dapat ditukar dengan hak-hak istimewaatau barang-barang yang diinginkan. Teknik ini biasa digunakan di kelas normal, seperti TK, tempat rehabilitasi, penjara, dan lain-lain.
6.    Aversion Therapy
Teknik aversion merupakan terapi yang paling kontroversi. Teknik ini digunakan untuk meredakan gangguan perilaku yang spesifik dengan stimulus menyakitkan sampai stimulus tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Teknik ini juga biasanya berupa kejutan listrik atau pemberian ramuan yang memualkan. Serta sering digunakan untuk membantu klien mengontrol diri sebagai coping masalah terhadap obesitas, merokok, alcohol, dan sexual deviation.
7.    Terapi Pembanjiran dan Implosive
Teknik pembanjiran terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa penguatan. Sedangkan terapi implosive berasumsi bhw tingkah laku neurotic melibatkan penghindaran terkondisi terhadap stimulus-stimulus penghasil kecemasan.

B.   Kelebihan dan Kekurangan Terapi  Behavioristik
1.     Kelebihan Terapi Behavioristik
Terapi behavioristik merupakan terapi yang mudah dipahami, diterapkan pada semua kalangan, praktis, sederhana, logis, serta adanya penekanan pada perilaku yang positif.
2.    Kekurangan Terapi Behavioristik
Terapi terlalu berperan aktif sehinggan tidak memberikan kesempatan klien untuk memilih yang diinginkan, hubungan klien dan terapis bersifat kaku, kurang menyentuh aspek pribadi, serta bersifat manipulatif.


Sumber:

Corey, G. (2009). Konseling dan psikoterapi.  Bandung: Refika Aditama.

Feist, J., & Feist, G. J. (2011). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.

Kartono, K. (2009). Kamus psikologi. Bandung: Pionir Jaya.