Dasar dari terapi behavioristik
ialah untuk melakukan perubahan perilaku. Terapi behavior menekankan pada
perilaku yang tampak, spesifik, dan diamati. Terapi ini bertujuan untuk
mengubah perilaku maladaptif ke perilaku yang adaptif dengan pengahpusan
perilaku maladaptive, memperkuat dan mempertahankan perilaku yang ingin diubah.
Peran terapis pada terapi ini adalah agen yang melakukan kontrol dan aktif.
A. Teknik-teknik Terapi Behavioristik
Terdapat beberapa
teknik dalam terapi behavior, yaitu:
1.
Disentisasi
Sistematis
Teknik
terapi ini dikembangkan oleh Joseph Wolpe. Digunakan pada orang-orang yang
memiliki kecemasan, phobia, dan penghindaran diri. Prosedur dalam teknik terapi
ini:
a. Klien diminta untuk membuat hirarki
ketakutan atau kecemasan (dari taraf rendah hingga tinggi)
b. Masalah dijelaskan oleh klien
c. Klien mempelajari dan melakukan teknik
relaksasi, maka dilakukan pula hirarki kecemasan.
2.
Exposure Therapy
Teknik
ini menghilangkan atau mengurangi perilaku menyimpang yang berkaitan dengan
kecemasan. Prosedur pada teknik ini ialah klien langsung dihadapkan pada
stimulus atau situasi yang membuatnya menjauh atau takut. Terapi ini dapat
dilakukan dalam kehidupan nyata (in vivo)
atau dibayangkan (in imagino).
3.
Assertiveness Training
Teknik
ini dilakukan pada individu yang mengalami kesulitan menerima kenyataan bahwa
menegaskan diri adalah tindakan yang benar. Latihan atau teknik ini dapat
membantu orangorang yang tidak mampu mengungkapkan perasaan atau kemarahan
karena tersinggung dan memiliki kesulitan dalam mengatakan tidak.
4.
Manajemen
Kontingensi
Teknik
ini menggunakan teori pengkondisian operan Skinner. Manajemen kontingensi
menggunakan kontrak tertulis formal antara klien dan terapis yang mencantumkan
sasaran perubahan perilaku, bala bantuan, penghargaan yang diberikan, dan
hukuman bila gagal memenuhi tuntutan perjanjian.
5.
Token
Ekonomi
Strategi
pembentukan perilaku ini bergantung pada penguatan untuk memodifikasi perilaku.
Klien dipebolehkan untuk mendapatkan token yang dapat ditukar dengan hak-hak
istimewaatau barang-barang yang diinginkan. Teknik ini biasa digunakan di kelas
normal, seperti TK, tempat rehabilitasi, penjara, dan lain-lain.
6.
Aversion Therapy
Teknik
aversion merupakan terapi yang paling kontroversi. Teknik ini digunakan untuk
meredakan gangguan perilaku yang spesifik dengan stimulus menyakitkan sampai
stimulus tidak diinginkan terhambat kemunculannya. Teknik ini juga biasanya
berupa kejutan listrik atau pemberian ramuan yang memualkan. Serta sering digunakan
untuk membantu klien mengontrol diri sebagai coping masalah terhadap obesitas, merokok, alcohol, dan sexual deviation.
7.
Terapi
Pembanjiran dan Implosive
Teknik
pembanjiran terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang
tanpa penguatan. Sedangkan terapi implosive berasumsi bhw tingkah laku neurotic
melibatkan penghindaran terkondisi terhadap stimulus-stimulus penghasil
kecemasan.
B. Kelebihan dan Kekurangan Terapi Behavioristik
1.
Kelebihan
Terapi Behavioristik
Terapi
behavioristik merupakan terapi yang mudah dipahami, diterapkan pada semua
kalangan, praktis, sederhana, logis, serta adanya penekanan pada perilaku yang
positif.
2.
Kekurangan
Terapi Behavioristik
Terapi
terlalu berperan aktif sehinggan tidak memberikan kesempatan klien untuk
memilih yang diinginkan, hubungan klien dan terapis bersifat kaku, kurang
menyentuh aspek pribadi, serta bersifat manipulatif.
Sumber:
Corey, G. (2009). Konseling
dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Feist, J., & Feist, G. J. (2011). Teori kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika.
Kartono, K. (2009). Kamus
psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar